Manusia itu beragam sifatnya,
beragam pola pikirnya, dan beragam pula caranya menjalani keseharian. Kali ini saya mau ceritain pandangan saya
terhadap beberapa orang disekeliling saya. Iya temen-temen saya sendiri sih gak
jauh-jauh. Orang terdekatkan biasanya membentuk kepribadian kita. Tapi saya
disini cuman mau ceritain hal baiknya. Kalo yang buruk nanti gibah jatohnya.
Saya memiliki beberapa teman
yang memberikan contoh baik kepada saya. Bahagia saya mah punya temen kek
mereka. Saya belajar banyak dari mereka, tentunya ya. Diantara mereka salah
satunya saya sebut si rajin. Iya karena sifatnya yang rajin, saking rajinnya
sampai panik kalo belum menyelesaikan tugas. Nah ini orang cukup berpengaruh
sama diri saya. Saya yang orangnya suka nunda-nunda tugas dan baru dikerjain
kalo udah mepet deadline menjadi malu kalo deket ini orang. Lama kelamaan saya
jadi ngikutin pola nugasnya, ya karena keseringan bareng. Tapi kadang malah
jadi tekanan batin juga sih deket sama ini orang, ya istilahnya kalo dia jalan
saja saya seperti berlari. Iya jalannya dia itu larinya saya. Cape saya, tapi
itu dorongan sih. Kalo saya gak punya temen kayak gini mungkin saya akan jadi
pemalas yang hobinya nunda-nunda tugas, lalu nunda-nunda kerjaan, nunda ini itu
lama-lama saya celaka. Ini kan ceritanya saya dipengaruhi si rajin, please ya
jangan terpengaruh dengan saya nanti jadi nunda-nunda sesuatu, tidak baik itu.
Selain ada si rajin, ada juga
si down to earth. Iya anaknya rendah
hati sekali, dia tak pernah sombong. Dia yang ngajarin saya bagaimana
seharusnya saya bersikap. Tidak angkuh, percaya diri boleh tapi tidak merasa
lebih hebat sehingga merendahkan yang lain. Ah kamu ini baik sekali.
Ada pula si nikmatin hidup, eh
tapi gak lupa juga sama tujuan hidup. Perjalanan hidupnya ia nikmatin, mau ada
masalah apa saja ini orang tak pernah mengeluh. Dibawa happy aja katanya, ya
kita kan punya Allah. Tak usah resah dengan segala urusan. Kita cukup berdo’a
dan berusaha, soal hasil itu mah ngikutin. Okelah
kalo gitu.
Siapa lagi ya? Hmm… si yang
suka berantem sama saya. Tapi dulu sih hahaha. Sekarang saya harus menilainya
positive. Sebutannya apa ya yang cocok?
si supel, si gampang berbaur sama orang, si ekstrovert. Dulu pernah dia saya
bentak, “Kamu tuh jangan ngeluh”, soalnya dulu sering ngeluh. Sekarang saya
lihat banyak perubahan, justru sekarang dia yang sering ngasih wejangan
positive gitu. Baik orangnya suka membantu. Sifatnya yang saya kagumi ya itu
tadi gampang berbaur sama orang, mungkin karena cara berkomunikasinya yang baik
dan ramah tidak cuek seperti saya.
Ada juga yang kata orang mah
agak unik. Spesies langka wkwk. Terlalu chill kali ya itu yang buatnya unik.
Akhir-akhir ini saya sering ketemunya
sama ini orang. Sejauh ini kita gak pernah marahan, unch. Anaknya solid, hard
worker, penyayang pula. Kalo lagi bareng orang ini pasti gak akan jenuh.
Orangnya suka sekali bercerita, dan menjadikan saya sebagai pendengarnya. Oiya
orangnya jujur sekali, tak pernah membohongi saya. Suka marahin kalo saya
berbuat salah.
Si sabar, iya orangnya sabar
banget. Selain sabar juga patuh. Patuh sekali dengan orang tuanya. Saya
mengenalnya dari kecil. Dari zaman mainan BP
BP-an. Kalo kalian usianya sama kayak saya pasti tau mainan apa itu. Oiya
jadi saya tau banyak tentang si sabar ini. Allah nampaknya sangat sayang si
sabar, Allah kasih ujian tetep saja sabar. Hal-hal yang pernah kamu ceritain
menjadi motivasi bahwa sabar itu gaada batasnya. Yang ngasih batas itu ya
manusianya itu sendiri mau sabar sejauh apa.
Selanjutnya ada ‘telinganya
saya’, saya yang sering kesal sama orang tapi dipendam dan punya planning tapi
tak terwujud, atau apalah… saya ceritakan pada si orang ini. Sungguh pendengar
yang baik. Dan orang ini tau kadang apa yang saya ceritain itu tidak butuh
nasehat balik tapi hanya butuh telinga untuk mendengar. Dari orang ini saya
belajar bahwa kalo mau dingertiin sama orang ya kita juga harus mengerti orang
lain. Eh tapi selama ini kok kayak saya terus yang minta dingertiin tapi saya
gak ngerti kamu. Um… maafkan. Teman nongkrong paling the best. Teman nyinyirin
orang-orang, teman menertawakan kehidupan, teman yang top bgt.
Kalo yang tadi kan
ukhti-ukhti, nah kalo yang selanjutnya itu akhi.
Ada beberapa ikhwan yang
mencontohkan kebaikan.
Salah
satunya sisiuk, jadi dia adalah
seorang muslim yang taat. Akhir-akhir ini saya melihat ini orang tengah
berhijrah. Meninggalkan hal yang buruk untuk menjadi lebih baik. Saya sih
sebagai temannya senang melihat perubahan dari dirinya. Hal tersebut tentu
berdampak pada diri saya, saya jadi ingin menjadi lebih baik pula. Oiya kalo
saya posting keluhan di sosmed, ini orang acap kali memotivasi.
Ikhwan teman saya yang lain
ini, hmm orangnya fokus, pintar dan humoris. Beberapa karyanya buat saya
terkesima karena berorientasi untuk pendidikan. Perilakunya cocok menjadi
seorang guru. LDari
orang ini saya jadi sering membuat karya yang mempunyai ajakan positive
tentunya. Seperti lukisan berhitung dan vektor menggapai cita-cita. Sikapnya
cukup bijaksana, jika saya bercerita tentang suatu hal dia tidak serta merta
langsung membenarkan karena saya adalah temannya, dia akan tetap bilang saya
salah jika salah. Sifat lain yang bisa dicontoh yaitu ini orang suka berpuasa
sunnah. Maka dari itu kami jarang makan siang bersama.
Selain itu ada si pemikir,
ikhwan yang sholeh juga. BTW, teman-teman saya pada sholeh dan sholehah ya…
Aamiin. Semoga saya ketularan. Ah iya jadi ini ikhwan itu sayang sekali dengan
keluarganya begitu yang saya tau. Kegemarannya menulis pula menjadikan saya
inget lagi sama blog ini. Unch blog ku tersayang maafkan saya jarang ngasih
makan kamu.
Ya itulah beberapa teman yang
mencontohkan kebaikan di hidup saya. Simple sih, dari hal-hal kecil kita ambil
hikmahnya. Oiya maafkan jika tersinggung dengan postingan saya ini, lisan saya
kadang suka seenak ucap (eh ini mah jari yang ngetik deng). Maaf juga kalo kamu
iya kamu gak ada disini, mungkin kita belum dekat atau kita tak sedekat dulu.
Makanya deketin aku dong (LOL, APASIH). Dekatilah Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar