Betapa
Lisan itu Sangat Tajam
(Cerita sebelum di acc sidang skripsi)
Saya pernah bilang di postingan sebelumnya
kalo saya itu suka over thinking. Bahkan saya termasuk orang yang mudah stress.
Namun ada hal yang tak mau saya lakukan, yaitu menunjukkan kesedihan di depan
orang lain. Sangat riskan saya mengaku kalah dengan keadaan meski sebenarnya
jika sedang sendiri saya bisa menangis menjadi-jadi.
So, saya punya teman, dia orangnya ekspresive. Apa yang dia rasakan akan
kentara sekali. Seperti hari ini dari sejak saya datang dia sudah murung, sudah
ketebak dia sedang sedih. Saya juga sedih karena akar masalah kita sama yaitu
di php-in sama dosbing. Namun saya mencoba tetap biasa saja, tetap pasang
senyum.
Lalu ketika saya berniat untuk
menyemangati, dia nyautnya apa coba? Gini,
“kamu sih enak kalo gak sidang Agustus bayar
uktnya cuman 2 jutaan bisalah kamu pinjem-pinjem. Lah aku bayarnya mahal, nanti
uang buat s2 aku keambil. Si fulanah (sebut temen yg lain) dosen pembimbingnya
baik tapi malas, kita (dia dan teman saya) malah dibeginiin”.
Saya kecewa dia berbicara seperti itu. Tapi saya mencoba mengerti dengan situasi yang dia alami. Sebenarnya saya bisa marah, namin saya tak
ingin jadi masalah dan tak ingin pula marah nanti berteman sama setan. Saya hanya
menjawab “Setiap orang punya garis waktunya masing-masing, soal uang kamu gak
bisa bilang gitu”. Tadinya mau nambahin bilang “sejumlah uang yang kata kamu
hanya maybe dimata orang itu mahal” tapi tak jadi ku utarakan, nyali ini ciut.
Maaf apabila tulisan saya menyakiti hati.
Komentar
Posting Komentar